Mengenal Prinsip Capacity Based Lending, Fokus pada Kemampuan Peminjam untuk Membayar Kembali Pinjaman

  • Mar 29, 2023
  • Sucen

Prinsip capacity based lending adalah prinsip dalam pemberian pinjaman di mana kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman adalah pertimbangan utama, bukan jaminan atau sejarah kredit. Pemberi pinjaman mengevaluasi kemampuan peminjam untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar pinjaman, dengan mempertimbangkan pendapatan, pengeluaran, dan kewajiban keuangan lainnya.

Prinsip capacity based lending didasarkan pada keyakinan bahwa kemampuan peminjam untuk menghasilkan arus kas adalah indikator terbaik dari kemampuan mereka untuk membayar kembali pinjaman. Dengan berfokus pada kemampuan peminjam untuk membayar, pemberi pinjaman dapat membuat keputusan pemberian pinjaman yang lebih berinformasi, mengurangi risiko gagal bayar, dan memastikan bahwa peminjam tidak mengambil utang yang tidak mampu mereka bayar.

Dalam praktiknya, capacity based lending melibatkan analisis laporan keuangan, laporan pajak, dan data keuangan lainnya untuk menilai arus kas peminjam dan menentukan apakah mereka mampu membayar cicilan pinjaman. Analisis ini umumnya meliputi evaluasi pendapatan, pengeluaran, rasio hutang terhadap pendapatan, dan kewajiban keuangan lainnya.

Secara keseluruhan, capacity based lending membantu pemberi pinjaman membuat keputusan pemberian pinjaman yang lebih bertanggung jawab sambil memastikan bahwa peminjam tidak mengambil utang yang tidak mampu mereka bayar.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri nasabah yang mungkin tidak mampu membayar hutang:

  1. Mereka terlambat membayar cicilan pinjaman atau tagihan utang mereka secara teratur.
  2. Mereka memiliki banyak hutang dan kewajiban keuangan lainnya, terutama yang bunga dan jangka waktu pembayarannya tinggi.
  3. Mereka sering menggunakan kartu kredit untuk membayar tagihan atau belanja sehari-hari, tetapi tidak membayar secara penuh setiap bulannya.
  4. Mereka mengalami perubahan keuangan, seperti kehilangan pekerjaan atau penghasilan yang menurun.
  5. Mereka sering mengajukan pinjaman baru atau kredit tambahan untuk membayar hutang lama mereka.
  6. Mereka tidak memiliki dana darurat untuk mengatasi situasi keuangan darurat.
  7. Mereka tidak memiliki perencanaan keuangan yang jelas dan tidak berusaha mengatur keuangan mereka dengan baik.
  8. Mereka sering mengabaikan pemberitahuan tagihan atau tawaran pembayaran lunas dengan potongan harga.
  9. Mereka sering meminjam uang dari teman atau keluarga untuk membayar tagihan atau hutang.
  10. Mereka tidak berkomunikasi dengan pemberi pinjaman atau kreditor tentang situasi keuangan mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ciri-ciri ini tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang tidak mampu membayar hutang mereka. Beberapa faktor, seperti situasi keuangan sementara atau pengalaman keuangan yang buruk, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membayar hutang mereka. Oleh karena itu, penting bagi pemberi pinjaman atau kreditor untuk mempertimbangkan situasi individu secara keseluruhan sebelum membuat keputusan terkait pemberian pinjaman atau penagihan hutang.

sumber gambar : finansialku.com