Tradisi Baritan: Ritual Tolak Bala pada Malam 10 Suro

  • Jul 28, 2023
  • Sucen

Cenang(cenang.desa.id) - Setiap malam sepuluh sura (suro.red) tradisi pawai taaruf selalu dilaksanakan, momen ini sebagai peringatan tahun baru islam dan hari kasih sayang bagi umat muslim.

Pawai keliling kampung dengan membawa senter pengganti obor dilaksanakan sebagai upaya tolak bala (bala = kesialan.red). Sepuluh suro berasal dari bahasa arab dari kata Asuro yang berarti sepuluh, dalam sejarah islam disebut 10 muharam sebagai hari besar memperingati kejadian kejadian pada masa Nabi.

Beberapa peristiwa 10 muharam diantaranya periatiwa kelahiran Nabi Musa (As), peristiwa penyelamatan bani israil dari fir'aun, perintah puasa sunah bagi umat muslim dan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah.

10 muharam dipandang sebagai hari yang bersejarah.

Pada malam 10 suro biasanya diadakan ritual baritan keliling kampung dan berdoa disetiap sudut desa, hal ini dimaksudkan sebagai ritual tolak bala, blai atau kesialan bisa saja bencana. Agar segala mala bahaya menyingkir dari desa.

Acara tolak bala diawali dengan pembacaan doa, adzan dan iqomah disetiap sudut desa dan diakhiri dengan istighosah bersama.

10 Suro juga ditandai dengan kegiatan santunan akak yatim piatu itu sebabnya tanggal 10 Asura atau 10 Muharam dinamakan sebagai hari kasih sayang umat muslim.